Cari Blog Ini

Jumlah Paparan Halaman

Catatan Popular Minggu Lepas

Ahad, 10 April 2016

Jasad Tak Membusuk, Karomahkah?

Ilustrasi jenazah 
KIBLAT.NET – Autopsi jenazah Siyono korban Densus 88 yang dilakukan oleh tim dokter forensik Muhammadiyah menarik pemberitaan media massa pada Ahad (03/04) kemarin. Sebagaimana banyak diberitakan, jasad Siyono diketahui masih utuh dan tidak membusuk. Saat menangani jasad Siyono, para dokter pun tidak menggunakan masker karena memang tidak menimbulkan bau busuk.

Dari peristiwa di atas, muncullah berbagai pertanyaan, apakah jasad orang yang shalih atau mati syahid itu benar-benar masih utuh dan tidak dimakan tanah?

Dalam hal ini kami telah bertanya kepada 2 orang dokter yang kami kenal. Keduanya sama-sama mengatakan bahwa kondisi jenazah yang masih normal dan tidak berbau setelah 20 hari pemakaman itu tidak lazim. Salah seorang dokter yang kami hubungi mengatakan bahwa menurut ilmu forensik, jasad setelah 3-5 hari akan mulai melembek. Adapun setelah sepekan, jasad mulai mengalami proses penghancuran. Dokter yang lainnya menambahkan bahwa proses pembusukan oleh tanah adalah 8 kali lebih cepat dari air dan udara.

Berdasarkan pemaparan kedua dokter di atas, lazim tidaknya peristiwa yang menimpa jenazah Siyono, dapat Anda nilai sendiri. Adapun yang perlu diketahui, sebuah peristiwa yang tidak lazim atau luar biasa jika terjadi kepada nabi maka itu mukjizat. Jika itu terjadi kepada orang shalih, maka itu karomah, sedangkan jika terjadi pada orang jahat maka itu adalah sihir.

Dalam buku ‘Ayaturrahman fi jihadil Afghan’ (edisi terjemahan) yang dikarang oleh syaikh Dr Abdullah Azzam, beliau berkata, “Karamah dan mukjizat, keduanya adalah peristiwa aneh yang terjadi di luar kebiasaan, kadang-kadang peristiwa aneh itu (luar biasa) terjadi pada diri seorang nabi, kadang-kadang pada diri seorang wali shalih dan bahkan terjadi pada diri orang kafir dan orang yang gemar berbuat maksiat.”
Sementara itu dalam situs Dorar.net, syaikh Utsaimin berkata, “Karamah adalah perkara yang terjadi di luar kebiasaan yang Allah kehendaki terjadi pada diri wali Allah, baik itu sebagai penguat baginya, bantuan, pengokoh, bahkan bentuk pertolongan untuk agama.” (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin 8/626)

Syaikh Abdullah Azzam di dalam buku di atas juga mengingatkan bahwa karomah yang terjadi pada seseorang tidak menunjukkan bahwa pelakunya lebih baik dari orang lain. Bahkan jika pelakunya merasa ujub dengan karomah tersebut, bisa saja mengurangi nilainya di sisi Allah. Maka banyak kita temui orang shalih justru beristighfar saat mereka mendapati karamah pada diri mereka. (Syaikh Abdullah Azzam menisbatkan hal ini kepada Majmu Fatawa 11/300)

Lantas bagaimana dengan jasad yang tidak dimakan tanah, apakah hal itu sebagai tanda mati syahid? Sejauh yang kami ketahui dan kami juga telah berusaha mencari, memang tidak ada hadits dari Nabi SAW yang mengatakan bahwa diantara tanda kesyahidan adalah jasadnya tidak dimakan tanah. Yang kami dapati justru hadits yang merangkan bahwa jasadnya para nabi tidak dimakan oleh tanah.  Rasulullah SAW bersabda:
إن الله حرم على الأرض أجساد الأنبياء
“Sungguh Allah mengaharamkan terhadap bumi jasad para nabi.” (HR Abu Dawud, An Nasa’i, Ibnu majah dan Ad Darimi. Sanadnya shahih. Misykatu Al Mashabih: 1/430 bab Al Jumu’ah)
Selain itu, kami juga mendapatkan beberapa atsar dan cerita yang menyebutkan bahwa beberapa  jasad syuhada Uhud tidak dimakan oleh tanah.

Di dalam buku ‘Ayaturrahman fi jihadil Afghan’, Syaikh Azzam menukil beberapa riwayat tentang syuhada Uhud. Di antaranya Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Abu Zubair dan Jabir RA bahwa ketika mata air gunung Uhud meluap pada masa pemerintahan Muawiyah, kami mengeluarkan jasad para syuhada perang Uhud yang telah dikubur 40 tahun lamanya. Jasad mereka terlihat masih segar seperti ketika mereka gugur sebagai syahid.” (Fathul Bari 3/142)

Al Baihaqi meriwayatkan dari Jabir, “Kaki Hamzah (salah satu syuhada Uhud) tergores oleh sebilah kapak, dan kaki itu mengeluarkan darah.” (Al Bidayah wa An Nihayah 4/43)

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Al-Janaiz dari Atha’ dari Jabir RA, “Aku menggali jasad syuhada Uhud setelah 6 bulan kemudian, ternyata tubuhnya masih seperti awal ketika mereka dikuburkan, kecuali bagian telinganya.”

Di dalam Al-Muwaththa’ dikisahkan dari Abdurrahman bin Abi Sho’sho’ah, bahwasanya kuburan Amr bin Al Jamuh dan Abdullah bin Amru Al Anshari terendam banjir (keduanya dikubur dalam satu liang), maka diapun menggali kubur tersebut untuk dipindahkan. Ternyata jasad keduanya tidak berubah, seperti orang yang baru meninggal kemarin sore. Padahal jarak waktu antara perang Uhud dengan saat penggalian itu adalah 46 tahun. “ (Fathul Bari 3/216)

Selain menyebut kondisi jenezah syuhada Uhud, buku Syaikh Abdullah Azzam tersebut juga menyertakan beberapa riwayat dari jihad Afghan yang menyatakan bahwa ditemukan beberapa jasad syuhada jihad Afganistan tidak hancur maupun membusuk.

Lantas, apakah tidak hancurnya jasad Siyono dimakan tanah merupakan karamah dari Allah? Kami tidak ingin menghukumi hal tersebut. Kami hanya berdoa kepada Allah agar hal itu menjadi ayat dan tanda-tanda dari Allah bahwa beliau adalah orang yang shalih, baik dan meninggal dalam keadaan terzalimi.

Wallahu a’lam bis shawab.

Penulis: Ust. Miftahul Ihsan Lc

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

HAK ANDA UNTUK KOMEN

Nak beli domain dan nak buat website? boleh cuba link yang di beri...

Nak beli domain mudah dan servis terbaik....  https://secure.gbnetwork.com/aff.php?aff=778    klik banner yang kami beri ini...   Testim...

Catatan Paling Popular