Cari Blog Ini

Jumlah Paparan Halaman

Catatan Popular Minggu Lepas

Selasa, 2 Jun 2015

TEORI KONSPIRASI ADALAH SYIRIK ! (BAGIAN 1)

  TEORI KONSPIRASI ADALAH SYIRIK ! (BAGIAN 1)

Dikutip dari majalah Dabiq edisi 9

Shoutussalam – {Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “kun (jadilah)”, maka jadilah ia} [QS. An-Nahl : 40].

{Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia} [QS. Al-Baqarah : 117].

{Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah”, lalu terjadilah, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang tampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui} [QS. Al-An‟aam : 73].

{Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia} [QS. Yaa Siin : 82].

{Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)} [QS. Al-An‟aam : 59].


{Katakanlah, “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa‟atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan} [QS. Al-A‟raaf :188].

{Katakanlah, “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”} [QS. An-Naml : 65].

{Yang mengetahui yang ghaib. Tidak ada tersembunyi daripada-Nya seberat zarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)} [QS. Saba‟ : 3].

{Apakah ada di sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib lalu mereka menuliskannya? Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya} [QS. Ath-Thuur : 41-42].

{Katakanlah, “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku”} [QS. Al-An‟aam : 50].

{Katakanlah, “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir} [QS. Al-Israa‟ : 100].

{Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?} [QS. Ath-Thuur : 37].

Bagaimanapun juga, kekuatan absolut dan hak kepemilikan khusus hanya milik Allah (Ta‟ala). Hal ini senantiasa menjadi keyakinan kaum Muslim sejak bapak manusia – Adam (‘alaihi as-salām) – menapaki bumi dan akan terus berlanjut seperti itu hingga mu’min terakhir mati tidak lama sebelum Kiamat terjadi. Hanya Allah (Ta‟ala) mengetahui rincian notulis atas segala sesuatu, menguasai semua kejadian, dan memiliki setiap partikel terkecil.

Kaum musyrik Jahiliyyah di Jazirah Arab sekalipun tidak meragukan bahwa Allah sendiri yang memiliki kekuatan mutlak, ilmu, dan kepemilikan, tetapi mereka melakukan syirik dalam berbagai bentuk, termasuk menyifatkan sebagian pengetahuan yang ghaib kepada tukang ramal, menempatkan bagian hasil tanaman dan ternak mereka kepada berhala-berhala, dan mengklaim bahwa berhala-berhala mereka itu menjadi perantara yang memiliki beberapa pengaruh atas mereka.

Adapun pengakuan bahwa berhala, dukun, dan raja mempunyai kekuatan, ilmu, dan kepemilikan mutlak atau nyaris mutlak, maka ini sudah di luar keadaan fitrah orang-orang jahiliyyah yang telah rusak sekalipun. Sayangnya, pemahaman syirik ini (baik yang ashgar maupun yang akbar) telah memasuki hati dan benak banyak pemimpin, ulama, dan da’i yang dianggap “Islam” –meniru nasionalis Arab sebelum mereka – ketika mereka mulai menggambarkan musuh-musuh Islam dengan sifat-sifat rubūbiyyah (ke-Rabb-an Allah) yang terbatas hanya milik Allah. Bagi mereka, kaum kafir mempunyai ilmu, kekuatan, dan kepemilikan yang mendekati mutlak untuk merencanakan dan melaksanakan setiap konspirasi besar yang mereka kehendaki. Seolah-olah mereka menyifatkan kepada kaum kafir itu kemampuan untuk menciptakan dengan kata “kun (jadilah)”! Kejahatan mereka tampak nyata sekali dalam perkara yang berhubungan dengan jihad.

Jika seseorang ingin melakukan jihad, para pemimpin ini akan memperingatkan mereka bahwa jihad saat ini adalah konspirasi untuk memusnahkan pemuda Muslim, sehingga membiarkan negeri-negeri Muslim berada di tangan orang-orang sekuler. Jika seseorang hendak bergabung dengan suatu jama’ah jihad, mereka akan mengingatkannya bahwa jama’ah tersebut adalah ciptaan orang-orang kafir sehingga membantu kepentingan kafir. Jika operasi jihad – seperti 11 September – dilakukan atas orang-orang kafir, mereka akan mengklaim operasi ini adalah konspirasi orang-orang kafir untuk menjustifikasi agresi mereka terhadap Muslimin.

Jika seorang pemimpin jihad meraih syahadah, mereka akan mengatakan bahwa kuffar memanfaatkannya dan perlu mencampakkannya agar dia tidak memutuskan untuk keluar dan mengungkap “konspirasi” di mana dia diduga terlibat di dalamnya. Jika mujahidin membebaskan teritorial yang diduduki kuffar, mereka akan berkata bahwa kuffar membiarkan mereka untuk melakukannya karena kepentingan kafir membutuhkan perang jangka panjang. Jika mujahidin mengumumkan sebuah negara Islam, mereka akan mengatakan bahwa kuffar memfasilitasinya untuk menjustifikasi campur tangan urusan umat Islam. Jadi, menurut para pakar teori ini, hampir semua peristiwa di dunia seakan terhubung kembali dengan kaum kafir, agen intelijen, riset, teknologi, dan pendukung konspirasi mereka !

Dengan demikian, teori konspirasi sudah menjadi sebuah dalih untuk meninggalkan jihad, menjadi kekaguman besar terhadap kaum kafir, mengabaikan kewajiban bai‟at, dan mengejar dunia; semua atas nama “kesadaran” politik.[1]

[M/dabiq]

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

HAK ANDA UNTUK KOMEN

Nak beli domain dan nak buat website? boleh cuba link yang di beri...

Nak beli domain mudah dan servis terbaik....  https://secure.gbnetwork.com/aff.php?aff=778    klik banner yang kami beri ini...   Testim...

Catatan Paling Popular